Tuesday, May 14, 2013

Guru "BERITA PAGI"




Pagi hari itu dalam keadaan tergooh-gopoh, pak Dila memasuki ruang kelas tempat ia akan mengajar. Setelah acara penyambutan dan doa selesai dilaksanakan, pak Dila memanggil salah seorang siswa dan menyuruhnya untuk mencatat pelajaran di papan tulis. Selesai memberikan mandat tersebut, dengan santai dan perasaan tak berdosa, pak Dila keluar dari ruang kelas menuju ruang guru setelah terlebih dahulu memberi wejangan kepada murid-muridnya untuk tidak keluar-masuk kelas selama jam pelajaran berlangsung. Ironisnya,sesampai pak Dila di tempat tujuan, ia langsung mengambil koran dan membacanya dengan sangat luar biasa serius.Akibatnya, kewajiban untuk membimbing siswa selama jam pelajaran habis sudah. Dalam keadaan sadar yang dibuat-buat,pak Dilla kembali ke ruang kelas, bukan untuk mengajar, melainkan mengambil buku pelajaran yang dititipkan ke siswanya tadi.
Kejadian di atas merupakan salah satu potret dunia pendidikan yang mungkin saja terjadi. Guru "BERITA PAGI" mungkin gelar yang paling pantas disandang atau dilekatkan untuk orang semacam pak Dilla. "BERI"
kepanjangannya memberi, "TA" berarti catatan, "PA" adalah pulang, dan "GI" bermakna lagi. secara ringkas, guru "BERITA PAGI" adalah guru yang memiliki kebiasaan mengajar dengan cara memberikan catatan kepada siswa tanpa melakukan bimbingan secara langsung di ruang kelas.
Guru adalah sosok manusia yang paling dihormati, terutama oleh anak didik. Bagi anak didik, guru dianggap sebagai dewa penolong dan orang yang mengetahui segala hal. Di Jepang, Australia, Amerika, dan hampir semua negara Eropa, para siswa memiliki ungkapan-ungkapan yang ditujukan kepada guru seperti The man who know everything (orang yang megetahui banyak hal), the place to ask (tempat untuk bertanya), The teacher is the good man (guru adalah orang baik), dan sebagainya. Masalahnya, tidak semua guru layak mendapat predikat-predikat tersebut, atau dapat berperan sebagai guru yang baik.
Masih melekat dalam ingatan, wejangan kepala sekolah penulis tentang salah satu ciri guru yang baik yaitu, kalau sedang mengajar ia merasa bahwa ruang kelas adalah rumahnya. Apa pun yang terjadi di luar rumahnya, sang guru tidak akan terpengaruh untuk keluar ruangan (kecuali ada alasan yang jelas). Kemudian, seandainya pada waktu berlangsungnya kegiatan belajar mengajar guru kurang merasa nyaman, guru dapat melakukan aa saja yang sifatnya mendidik, dan menghindari keluar dari ruangan.
Sekilas, pernyataan atau wejangan tadi dirasakan terlalu berlebihan, seolah-olah guru dipaksa untuk menjadi "hantu" atau penunggu ruang kelas. Namun jika dianalisa secara mendalam, dipikirkan dengan pikiran yang jernih, diterima oleh hati nurani dan akal sehat, wejangan tersebut mengandung makna yang cukup dalam. Kita mengetahui bahwa sebagian besar kegiatan belajar mengajar di sekolah berlangsung di dalam ruang kelas. Dalam kegiatan itu terjadilah proses transfer ilmu pengetahuan, hubungan timbal balik (feedback relationship) antara siswa dengan guru, dan bimbingan serta proses edukatif lain yang dibutuhkan baik oleh siswa maupun guru.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah pak Dila dapat dikatakan sebagai guru yang baik? Apakah seorang guru dapat mendidik secara optimal jika tidak pernah melakukan bimbingan langsung di dalam kelas? Atau, apakah kita termasuk guru yang berperilaku sama dengan pak Dila?
Pak Dila hanya merupakan satu contoh guru yang belum (bukan kurang) melaksanakan tugasnya dengan baik. Nama Dila mungkin bisa diplesetkan menjadi pendidik yang khilaf. Boleh jadi, masih banyak Dila-dila lain. Jelasnya, guru yang memiliki perilaku yang mirip, mendekati, atau bahkan sama dengan perilaku pak Dila pantas untuk mendapat gelar guru "BERITA PAGI".




No comments:

Post a Comment